Friday, November 21, 2014

Dongeng asal mula Pohon Enau

          Dahulu kala ada dua orang suami istri yang tinggal di suatu desa di Tanah Karo, mereka hidup bahagia karena hampir tak pernah terjadi perselisihan di antara mereka, hidup mereka sederhana mereka jalani dengan penuh kesabaran sehingga perasaan mereka selalu tentram dan damai. 

        Kebahagiaan kedua suami istri itu makin bertambah ketika mereka memperoleh seorang anak lelaki sebagai anak mereka yang pertama, sebab menurut adat mereka, anak lelak adalah anak yang melanjutkan keturunan mereka di kemudian hari, upacara untuk menabalkan nama itu, nama yang ditabalkan baginya ialah si Tare lluh.

          Ketika si Tare lluh sudah berusia kira-kira satu tahun, hamil lagi ibunya, kedua orang tua si tare lluh mengharapkan agar si Tare lluh mendapatkan adik perempuan, ketika ibu si Tare lluh melahirkan, ternyata harapan kedua orang tuanya terkabul, ibunya melahirkan anak perempuan, yang kemudian di berinama si Beru Sibou, tentu saja kedua orang tua si Tare lluh merasa hidupnya semakin bahagi, karena sudah memperoleh sepasang anak laki-laki dan perempuan. 

          Tidak lama kemudian, kebahagiaan keluarga si Tare lluh tiba-tiba lenyap, karena dengan tak di sangka-sangka ayah si Tare lluh meninggal dunia, setelah ayah si Tare lluh meninggal dunia, terpaksa ibnya si Tare lluh menjadi tulang punggung keluarga, bekerja setiap hari membanting tulang untuk mencari makan ke dua anaknya, karena terlalu llelah ibunya si Tare lluh jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia, si Tare lluh dan adiknya si Beru Sibou di pelihara oleh kerabat dekat orang tua mereka, keadaan mereka yang yatim piatu membuat si Tare lluh dan adiknya si Beru Sibou menjadi saling menyayanggi.

      Ketika si Tare lluh sudah tumbuh menjadi pemuda maka pergilah  dia merantau, sebelum berangkat ia berjanji kepada adiknya si Beru Sibou bahwa dia akan segera kembali sesudahberhasil mengumpulkan banyak uang, setelah abangnya pergi si Beru Sibou merasa kehilangan segala-galanya dan hatinya sedih sekal, karena sejak kecil mereka tidak pernah berpisah satu hari pun, si Beru Sibou berharap agar abangnya si Tare lluh cepat kembanli setelah berhasil mengumpulkan uang di perantauann.

          Harapan si Beru Sibou itu hanya harapan yang sia-sia saa, sebab yang dilakukan abangnya si Tare lluh di perantauan hanyalah berjudi kalau dia sudah mendapatkan uang, oleh karena itu, dia tidak pernah berhasil mengumpulkan uang, malahan uang yang sudah terkumpul segera habis karena setiap kali berjudi selalu kalah, namun dia terus juga berjudi, karena dia berharap satu ketika dia akan menang banyak, akhirnya utang judinya bertunpuk-tumpuk dan tidak dapat dia bayar, karena si Tare lluh tidak dapat membayar utangnya, maka dia di pasung orang, oleh karena itu si Tare lluh tak dapat lagi kembali menemui adiknya si Beru Sibou yang setiap hari menunggu kedatangannya dengan perasaan sedih.

       Karena sudah terlalu lama si Tare lluh tidak kembali juga, maka pergilah si Beru Sibou mencarinya meskipun dia tidak tau dimana tempat abangnya yang pasti, krtika si Beru Sibou berjalan melintasi hutan untuk mencari abangnya, dia bertemu dengan seorang lelaki, yang  menanyakan hendak kemana si Beru Sibou pergi, dia mengatakan bahwa ia hendak mencari abangnya yang bernama si Tare lluh yang sudah laa pergi merantau, tetapi dia sendiri tidak tahu dimana tempat abngnya.

             Kemudian lelaki itu mengatakan kepada si Beru SIbou bahwa dia pernah dengar cerita orang tentang seorang pemuda yang bernama si Tare lluh, menurut cerita orang si Tare lluh gemar sekali berjudi tetapi tidak pernah menang, akhirnya di pasung orang karena tak sangup bayar utang judinya, tetapi lelaki itu juga tidak tahu dimana tempat si Tare lluh di pasung orang.

        Mendengar cerita lelaki itu si Beru Sibou menangis tersedu-sedu, karena kasihan sekali melihatnya, lelaki itu menganjurkan agar si Beru Sibou memanjat pohon yang tinggi, kalau sudah sampai di puncak dia brnyanyi memanggil-manggil abangnya si Tare lluh, siapa tahu panggilan si Beru Sibou akan terdengar oleh kakaknya.

              Setelah lelaki itu belalu , si Beru Sibou memanjat sebatang pohon kayu yang tinggi, setelah sampai di puncaknya, bernyanyillah si Beru Sibou sambil menangis memanggil-manggil abangnya si Tare lluh, dia juga menyayikan kata-kata yang memohon agar si Tare lluh di lepaskan dari pasungannya, selanjutnya sambil terus bernyanyi dengan menagis si Beru Sibou memohon kepada yang maha kuasa agar semua utang abangnya si Tare lluh bisa dilunasi dengan air matanya, dengan rmbutnya dan dengan anggota-anggota tubunya, karena hanya itulah yang  isa di berikan untuk membayar utang abangnya, si Beru Sibou juga memohon agar orang-orang lain pun dapat memanfaatkan air matanya, rambutnya dan seluruh anggota tubuhnya untuk kepentingan mereka.

         Tak lama kemudian si Bru Sibou permohonannay itu, sambil menangis menjelmalah dia menjadi pohon Enou, denagan begitu maka air matanya menjelma menjadi Nira Enou, rambutnya menjadi bagian pohon Enou, semua itu dapat dimanfaatkan orang sesuai dengan permohonan si Beru Sibou.
         
            Di kemudian hari pohon Enau yang merupakan penjelmaan si Beru Sibou dapat disadap orang untuk diambil niranya yang merupakan penjelmaan air mata si Beru Sibou, ijuk enau yang merupakan penjelmaan dari rambutnya juga diambil berbagai orang untuk berbagai keperluan, dan seluruh anggota tubuhnya menjadi bagian dari pohon enau, semuanya dapat di manfaatkan orang sesuai dengan permohonan si Beeru Sibou,

            Karena di yakini pohon Enou adalah penjelmaan dai si Beru Sibou maka pada masa dahulu di Tanah Karo terdapat kebiasaan untuk mnyayikan pohon Enau pada waktu menyadapnya untuk mendapatkan nira.



0 comments:

Post a Comment