Friday, November 21, 2014

Dongeng Manusia yang kawin dengan Orang Halus

          Dahulu ada seorang lelaki pengembara yang sakti, dia berasal dari Bugis dan bernama Daeng Malela, setelah dia pergi berkelana ke beberapa negeri di nusantara, akhirnya Daeng Malela tiba di satu tempat di dekat Mandailing, Tapanuli Selatan, tempat itu bernama Sigalangan,

           Ketika sampai di Singalangan, Daeng Malela segera menghadap raja yang berkuasa di tempat itu, dari pembicaraan mereka raja tersebut mengetahui bahwa Daeng Malela adalah ahli menempa besi, oleh karena itu sang raja mengajak Daeng Malela agar menetap di Sigalangan, ajakan raja tersebut di terima oleh Daeng Malela, maka dia disediakan rumah dan tempat untuk menempa besi.

        Orang-orang sangat takjub melihat cara Daeng Malela menempa besi, karena dia langsung membentuk besi yang membara dengan tangannya tanpa mengunakan alat, keadaan itu segera membuat Daeng Malela terkenal dimana-mana dan sangat di segani orang, oleh karena itu raja di Sigalangan pun makin bertambah simpatinya kepada Daeng Malela,

           Setelah sekian lama berdiam di Sigalangan, menikahlah Daeng malela dengan adik perempuan dari raja yang berkuasa di situ, setelah mereka menikah di selengarakan upacara adat dan dalam upaca tersebut Daeng Malela di beri gelar Namora Pande Besi, sebagai penghormatan atas keahliannya menimpa besi, selanjutnya gelar itulah yang selalu dipergunakan orang untuk menyebutnya dan nama Daeng Malela tak lagi desebut-sebut orang.

          Tak lama setelah Namora Pande Besi menikah dengan adik perempuannya, raja di Sigalangan menyuruh Namora Pande Besi agar pergi membuka tempat pemukiman baru yang tidak begitu jauh letaknya dari Sigalangan, tempat pemukiman yang ddibuka oleh Namora Pande Besi itu bernama Hatongga, kemudian Namora Pande Besi dinobatkan sebagai raja di Hotangga.

         Dari perkawinan dari adiknya perempuan raja Sigalangan, Namora Pande Besi mendapat dua anak laki-laki kembar, masing-masing diberi gelar Sutan BUgis dan Sutan Borayun, menurut kepercayaan masyarakat di Tapanuli Selatan, orang yang bernama Hutan Suhut adalah keturunan dari Sutan Bugis dan Sutan Borayun, 

          Suatu hari , pada waktu Sutan Bugis dan Sutan Borayun masih kanak-kanak, pergilah Namora Pande Besi menyumpit burung ke tengah uutan di sekitar gunung yang bernama Tor Simulak-ulak Anjing, setiap kali Namora Pande Besi hendak memungut burung yang sudah jatuh disumpit, ternyata burungnya itu hilang entah kemana, karena kesal atas kejadian itu, dia berusaha menemukan siapa yang mengambil burung itu, ternyata yang mengambilnya seorang gadis cantik yang berhasil di tangkap oleh Namora Pande Besi, menurut pengakuannya, gadis cantik itu adalah putri seorang raja mahluk halus yang dinamakan orang Bunian, kemudian putri raja orang bunian itu membawa Namora Pande Besi ke tempat tinggal orang-orang Bunian di tengah hutan, di tempat itu Namora Pande Besi menyadari lagi bahwa dia meninggalkan keluarganya di Hotangga.

         Ketika Namora Pande Besi tak pulang-pulang ke Hotangga, orang-orang pun sibuk mencarinya, tetapi karena tak ditemukan juga, akhirnya Namora Pande Besi di anggap orang sudah di tengah hutan atau pergi lagi berkelana, sebenarnya Namora Pande Besi bukan hilang melainkan putri raja Bunian berhasil menguasa Namora Pande Besi, dan menjadikan suaminya, dari perkawianan dengan putri raja Bunian itu, Namora Pande Besi mendapatkan dua orang anak lelaki kembar yang di berinama si Langkitang dan si Baitang.

          Suatu ketika, pada waktu si Langkitang dan si Baitang masih kecil, Namora kembali menyadari bahwa dia sudah lama meninggalkan keluarganya di Hotangga, maka kembalillah dia kepada keluarganya di Hotangga, kedatangannya disamut dengan sangat gembira oleh sitri dan anaknya yang sudah cukup lama dia tinggalkan.

      Setelah tumbuh menjadi pemuda, si Langkitang dan si Baitang dilepas ibunya untuk pergi mencari ayah mereka, cukup lama mereka mencari kesan kemari baru mereka sampai ke Hotangga dan bertemu dengan Namora Pande Besi dan tinggallah si Langkitang serta Baitang bersama anak istri Namora pande Besi di Hotangga

            Pada masa itu anak sulung Nomara Pande Besi yang bergelar Sutan Bugis jatuh cinta kepada putri pamanya yakni putri raja Sigalangan, tetatapi ternya putri raja itu lebih menyukai putra Namora Pande Besi yang bernama si Langkitang, oleh karena cemburu, seringlah terjadi pertengkaran antara Sutan Bugis dan si Langkitang.


          Untuk menghindari terjadinya hal-hal yang tidak baik di tengah keluarganya, maka Namora Pande Besi menyuruh si Langkitang dan si Baitang agar pergi membuka tempat pemukiman baru bagi mereka berdua, untuk mendapatkan tempat pemukiman yang baik, Namora Pande Besi menganjurkan mereka berdua agar pergi menyusuri sungai Batang Angkola ke arah hilirnya, kalau mereka sudah menemukan sungai Batang Gadis yang berada di sungai Batang Angkola, mereka harus menyusuri sungai samapai ke hulunya, dan kalau mereka ke satu tempat yang disitu terdapat dua sungai yang mengalir dari dua arah tepat bertentangan dan sama-sama bermuara ke sungai Batang Gadis di tempat itulah mereka harus membuka tempat pemukiman.

        Berangkatlah si Langkitang dan si Baitang meninggalkan Hotangga, setelah sekian lama berjalan meyusuri suangai Batang Angkola ke arah hilirnya, mereka menemukan sugai Batang Gadis dan mereka menyusuri pulalah sungai itu ke arah hulunya seperti yang dikatakan Nomara Pande Besi, beberapa hari kemudian sampailah mereka ke satu tempat yang bernama Muara Patotang di kawasan Mandailing Julu, di tempat itu mereka menemukan dua sungai yang mengalir dari dua arah yang bertentangan dan sama-sama bermuara ke sungai Batang Gadis, sesui dengan anjuran ayah mereka Namora Pande Besi, mereka membuka pemukiman di tempat yang bernama Muara Patotang, karena tempat yang mereka dirikan tempat menempa besi maka tempat itu di berinama Huta Panopaan yang berarti desa tempat menempa besi, jauh di kemudian hari tempat itu terkenal dengan sebutan Kotanopan, dan kini merupakan ibu kota kecamatan Kotanopan di kabupaten Tapanuli Selatan, Sumatera Utara. 


0 comments:

Post a Comment