Di mandaling Tapanuli Selatan terdapat satu kerajaan kecil di seberang sungai Batang Gadis yang bernama Huta Bargot Rajanya bergelar Sutan Pulungan.
Suatu hari Sutan Pulungan bersama beberapa orang hulubalang dan prajurit kerjaan pergi berburu rusa, mereka membawa anjing pemburu yang sangat pintar dan tangkas yang bernama Sipamutung, setelah sampai di tengah hutan, Sipamutung tiba-tiba berlari kencang mendahului mereka, tak lama kemudian terdengarlah anjing itu menyalak dari kejauhan, mendengar Sipamutung menyalak dengan kerasnya Sutan Pulungan merasa yakin bahwa anjing itu sudah menemukan rusa, oleh karena itu segera dia perintahkan prajurit yang menyertainya agar mengejar ke tempat Sipamutung menyalak itu.
Ketika prajurit itu sampai ke tempat Sipamutung menyalak tampaklah oleh mereka sang perempuan berkelebat lari dari bawah batang pohon beringin besar, pada saat itu Sipamutung masih terus menyalak di bawah pohon beringin tersebut, disan terlihat seorang bayi terbaring di atas batu besar yang terletak dibawah pohon beringin besar itu, bayi itu laki-laki dan tampan sekali wajahnya, tak lama kemudian tibalah Sutan Pulungan di tempat itu, dia terkejut melihat bayi laki-laki yang berbaring di atas batus besar dibawah pohon beringin itu.
Setelah menemukan bayi itu Sutan Pulungan dan rombongan tidak lagi meneruskan perburuannya, tetapi mereka segera pulang sambil membawa bayi itu, setiba di Huta Bargot Sutan Pulungan menyerahkan bayi perempuan kepada pembantu yang bernama si Saua untuk dipelihara.
Selanjutnya si Saua memelihara bayi itu seperti anaknya sendiri karena dia tidak mempunyai seorang anak, kalau si Saua pergi ke sawah anak itu diletakkan dikandang anjing yang dalam bahasa mandaling di sebut Baroar, oleh karena itu orang menamakan anak tersebut si Baroar...
Disaat si Baroar sudah berusia kurang lebih lima tahun, orang orang dikerajaan Huta Bargot sangat tercengang melihatnya, sebab si Baroar sangat mirip dengan putra Sutan Pulungan, yang sama besar dengan dia, begitu miripnya sehingga orang-orang tak dapat lagi membedakan yang mana si Baroar dan yang mana pula putra Sutan Pulungan.
Dalam keadaan yang demikian itu si Baroar berjalan-jalan sendirian, maka orang-orang yang bertemu dengan dia selalu memberi hormat kepadanya dan menegurnya seperti putra Sutan Pulungan, tetapi sebaliknya tanpa sengaja orang-orang yang sering memperlakukan putra Sutan Pulungann sebagai anak orang kebanyakannya, karena mereka menyangka anak putra Sutan Pulungan itu si Baroar.
Atas perintah Sutan Pulungan suatu hari diadakan upacar adat besar-besaran dikerajaan Huta Bargot, menurut pengetahuan orang banyak upacara yang sangat ramai itu tiang besar balai sidang yang dinamakan Sopo Godang akan di ganti sebab sudah lapuk tetapi sebenarnya Sutan Pulungan sendiri hanya hendak memanfaatkan keramian upacara itu untuk menutupi perbuatanya membunuh si Baroar,
Diam-diam Sutan Pulungan sudah memerintahkan para tukang yang akan mengati tiang besar balai sidang itu untuk membunuh si Baroar, pada waktu para tukang akan memasukkan tiang penganti tersebut kedalam lubang tempat menanamnya mereka harus lebih dulu menjatuhkan lubang si Baroar kedalam lubang tersebut dan kemudian ditimpa dengan tiang penganti.
Sutan Pulungan secara diam-diam memerintahkan pula agar pada kening si Baroar diberi tanda silang dengan kapur sirih dengan maksud agar para tukang yang ditugaskan membunuh si Baroar mengetahui dengan pasti yang mana si Baroar dan putra Sutan Pulungan, dengan demikian tidak akan terjadi keliruan membunuh putra Sutan Pulungan.
Ketika orang ramai mengikuti upacara sedang asik bersuka ria tibalah saanya untuk memasukkan tiang penganti kedalam lubangnya kebetulan sekali para tukang yang mengerjakannya melihat si Baroar yang diberi tanda di keningnya berdiri tidak jauh dari mereka, dengan sembunyi-sembunyi mereka tangkap si Baroar dan langsung mereka jatuhkan kedalam lubang, kemudian segera mereka timpa dengan tiang besar yang dihujamkan ke dalam lubang itu, karena orang ramai yang mengikuti upacara sedang asyik bersuka ria, maka tak ada yang memperhatikan perbuatan mereka itu.
Tak lama kemudian, ketahuanlah bahwa yang dibunuh para tukang itu bukan si Baroar tetapi putra Sutan Pulungan, keliruan itu terjadi karena ketika putra Sutan Pulungan melihat kening si Baroar berhias tanda silang, dia segera meminta seseorang untuk membuat tanda yng serupa dikeningnya, kemudian dia pergi ke tengah-tengah keramaian orang yang mengikuti upacara, saat itu para tukang itu menagkapnya secara sembunyi-sembunyi.
Ketika mengetahui putranya mati terbunuh, Sutan Pulungan marah sekali dan langsung memerintahkan hulubalang mencari si Baroar dan membunuhnya, seorang perempuan tua yang mengetahui hal itu memberi tahu si Saua agar segera menyelamatkan si Baroar, si Saua membawa si Baroar ke tengah sawah yang sedang menguning padinya, tak jauh dari tepi sungai Batang Gadis di belakang mereka ada hulubalang dan prajurit kerajaan langsung mengejarnya, tetapi ketika mereka sampai ke dekat gubuk itu, tampaklah oleh mereka seeor balam sedang bertenger di puncak kerangka atap gubuk itu sambil terus sembunyi, karena melihat burung balam itu, maka hulubalang yang memimpin pengejaran si Baroar berkata' untuk apa kita cari si Baroa kegubuk tua itu " kalau mereka bersembunyi di gubuk itu, tak mungkin burung balam itu berani bertengger disana, mari kita cari mereka ke tempat lain.
Setelah mendengar perkataan hulubalang itu pergilah mereka mencari si Saua dan si Baroar ke tempat lain, kemudian si Saua pun meninggalkan gubuk itu untuk membawa si Baroar menyeberangi sungai Batang Gadis tetapi hulubang melihat merekadan segera mengejarnya, ketika mereka dalam keadaan lelah dan ketakutan tiba di tapi sungai Batang Gadis, ternyata sungai sedang banjir sehigga mereka tidak bisa menyeberangi, sementara itu hulubalang dan prajurit kerajaan yang mengejar mereka sudah hampir dekat sekali, karena tak dapat berbuat pap pun lagi maka bersujudlah si Saua ketanah sambil memohon pertolongan Yang Maha Kuasa, ketika dia mengangkat kepalanya hendak kembali tampaklah oleh mereka batang kayu besar yang amat panjang hanyut melintang disungai itu, kemudian kayu besar itu berhenti tepat didepan mereka dalam keadaan melintang sampai keseberang,
maka si Saua pun segera membawa si Baroar meniti kayu menyeberangi sungai, begitu mereka tiba diseberang sungai kayu itu hanyut kembali sehingga mereka tak lagi dapat ditangkap hulubalang yang mengerjarnya.
Kemudian hari berdirilah satu kerajaan yang bernama Panyabungan Tonga-tonga yang dipimpin si Baroar sebagai rajanya dan keturunnya dikenal sebagai orang-orang mandaling yang bernama nasution mereka mendirikan banyak kerajaan dikawasan Mandaling Godang di Tapanuli Selatan Sumatera Utara.
Thursday, December 4, 2014
Si Baroar
1:23 AM
No comments
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment